ARISTO.ID 15 Alasan Mengapa Penulis Harus Mendaki Gunung Sesekali. Setiap penulis terutama fiksi selalu membutuhkan inspirasi yang membanjir hingga benar – benar bisa menuangkannya dalam tulisan. Tidak semua hal menarik untuk ditulis. Karena itu, banyak sekali cara yang dilakukan penulis untuk menggali bagian dalam pikirannya yang bisa dieksplor. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mendaki gunung. Mengapa demikian? Berikut 15 alasan mengapa penulis harus mendaki gunung sesekali.
15 Alasan Mengapa Penulis Harus Mendaki Gunung Sesekali:
Menjauh Dari Kehidupan Sosial
Karena kita tidak banyak berinteraksi dengan kehidupan sosial selama berada di puncak gunung, maka akan lebih banyak tulisan yang bisa dieksplor. Sosialisasi memang baik, tetapi untuk tulisan yang jujur, kadang kita juga harus menghilangkan “orang lain” dalam diri.
Lebih Jujur Dengan Perasaan
Saat sendiri, banyak perasaan yang akan keluar karena tidak perlu menutup – nutupi perasaan. Hal ini akan sangat baik mengingat kejujuran adalah modal utama seorang penulis. Mana mungkin penulis bisa membuat karya yang tidak jujur menggambarkan caranya? Hal ini tidak mungkin. Karena itu, penulis harus mendaki sesekali agar bisa menuai kejujurannya sendiri.

Menghadapi Alam “Nyata”
Alam yang selama ini dikesampingkan akan menyapa dalam berbagai cara di gunung. Pepohonan, senja, fajar, dan berbagai suara hewan serta dinginnya malam akan sangat indah jika dihadapi dengan jiwa penulis. Banyak cerita yang bisa disampaikan alam untuk dieksplor baik dengan estetika, perasaan maupun logika.
Baca Juga Faktor Pembunuh Pendaki Di Indonesia Yang Perlu Diwaspadai
Menjadi Diri Sendiri
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, menjadi penulis adalah berkomitmen untuk menjadi diri sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa seorang penulis pasti mencari referensi dan pengetahuan melalui berbagai media termasuk buku. Saat membaca, pemikiran, ide, gagasa, bahkan cara menulis pun bisa terpengaruh oleh apa yang dibaca. Namun berbeda dengan saat di gunung. Membaca alam adalah sebuah hal yang menenangkan jiwa dan mengusir jiwa – jiwa yang mempengaruhi kita lewat tulisannya.
Menghilangkan Pengaruh Negatif
Mendaki itu berat, mendaki itu sulit. Namun semua kesulitan itu akan mencapai puncaknya jika dilakukan dengan rajin dan semangat. Filosofi itulah yang akan membantu seorang penulis dalam berpikir secara positif.
Karena proses mendaki sangat bisa dijadikan silogisme dalam menghilangkan pengaruh negatif, kita juga harus meyakini bahwa sebuah tulisan pasti suatu saat bisa selesai asal dikerjakan dengan rajin, jujur, dan penuh semangat. Ide dan tulisan termasuk pemberian dan anugerah Tuhan yang tidak mungkin tertukar.
Berpikir Secara Holistik
Saat seseorang berpikir secara parsial atau sebagian saja, bisa jadi tulisannya akan sangat buruk. Tulisan yang buruk terlihat dari sudut pandang yang sempit, konflik yang subjektif dan berakhir pada kebimbangan. Hal ini tentunya sangat merugikan pembaca yang sudah berharap banyak dari apa yang kita tulis.
Sebab akibat inilah yang diajarkan dalam pendakian untuk dipikirkan secara holostik atau menyeluruh. Contohnya saja, jika saat persiapan pendakian seseorang lupa membawa sesuatu, akibatnya bisa sangat fatal bahkan mungkin menyebabkan kematian. Hal inilah yang kemudian menjadi pemikiran secara holistik dari penulis yang ingin berkarya lagi.
15 Alasan Mengapa Penulis Harus Mendaki Gunung Sesekali
Tidak Menghiraukan Gadget
Alasan ke-7 ini tidak hanya berlaku bagi penulis, tetapi juga siapapu. Tanpa gadget, seseorang akan bisa menghadapi dunia dengan lebih “normal”. Matanya bisa fokus melihat fenomena yang terjadi, tidak hanya terpaku pada notifikasi sosial media. Jadi, sebaiknya saat melakukan pendakian seseorang berhenti membawa gadget dan lebih memikirkan apa yang baik untuknya saat ini dan di masa depan.
Menangkap Berbagai Fenomena
Alam adalah pribadi yang paling jujur di dunia. Fenomena alam akan memberikan berbagai “kehidupan” bagi jiwa penulis. Oleh karena itu, saat mendaki penulis bisa mengambil catatan kecil dan foto atau video. Tidak hanya itu, masing – masing kejadian alam juga bisa menjadi metafora yang menawan bagi tulisan.

Lebih Peka
Terlalu banyak memperhatikan orang lain saat bersosialisasi juga bisa mempertumpul kepekaan. Begitu pula dengan seorang penulis. Terlalu memperhatikan pasar, penulis lain dan omongan orang akan mempertumpul kepekaan insting menulis. Dengan mendaki, seseorang akan bisa membuat instingnya lebih peka. Saat insting sudah peka, pasti hasil tulisan juga dapat diterima pembaca dengan baik.
Baca Juga Deretan Gunung Asal Jepang yang Siap Menantang Pendaki Profesional
Merasa Membutuhkan Orang Lain
Rasa rindu pada orangtua, teman atau sahabat bisa memancing rasa melankolis dalam diri. Itulah rasa yang wajib dimiliki penulis terutama yang bergenre romansa. Saat tidak bersama siapapun di puncak gunung, akan muncul rasa bahwa kita membutuhkan kehadiran orang lain yang biasanya tidak begitu dianggap. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya sudah ada ikatan tidak terlihat antara si penulis dengan orang yang dirindukan.
Mendekat Pada Tuhan
Keindahan panorama gunung tentu akan semakin meningkatkan kepercayaan kita pada Tuhan. Bagaimanapun juga, ide dalam tulisan juga tidak lepas dari campur tangan Tuhan yang mengilhami kita. Jadi, memohon kepada – Nya agar diberi ide yang bermanfaat bagi orang lain dan menuliskannya bisa kita lakukan dalam suasana gunung yang khidmat.
Merefleksi Tulisan Lama
Saat mendaki, jangan lupa membawa tulisan lama yang siap diedit. Setelah fajar adalah waktu yangs sangat tepat untuk merefleksi tulisan lama. Manakah yang salah? Apakah ada sebagian tulisan yang tidak bermakna dan tidak berguna bagi orang lain? Dari situlah, penulis bisa semakin meningkatkan kemampuannya di bidang membuat cerita.
Menemukan Kekurangan Diri
Seorang idealis akan selalu merasa kurang dengan apa yang dilakukannya. Begitu pula penulis yang idealis. Akan banyak kekurangan diri yang bisa dicari dan ditemukan. Setelah menemukan kekurangan, kita juga harus memperbaikinya sehingga tidak sampai terulang. Lebih dari itu, kita juga harus memperbaiki kesalahan tersebut dengan meningkatkan kemampuan menulis di masa yang akan datang.
Upgrading Tulisan
Memperbaiki tulisan bisa dengan berbagai cara. Dengan mendaki, seseorang akan bisa mendewasakan diri dan berpikir lebih kompleks. Bagaimana cara hidup di medan yang tidak mudah, bagaimana cara menangkap suatu fenomena dan menjadikannya gagasan. Serta bagaimana cara meningkatkan tulisan dari yang sudah pernah dipublikasikan.
Mengeksekusi
Setiap ide bisa kapan saja menghilang. Karena itu, mengeksekusi ide menjadi tulisan nyata harus dilakukan secepatnya. Saat seseorang mempu mengeksekusi tulisan dengan cepat, maka idenya tidak akan mudah hilang dan tulisannya pun juga akan lebih cepat dari penulis lain. Selain itu, di atas puncak gunung seseorang akan memiliki banyak waktu luang sehingga lebih sempat mengeksekusi tulisan.
Itulah tadi 15 alasan mengapa penulis harus mendaki gunung sesekali. Bagi para penulis, mendaki gunung seharusnya dijadikan hobi lain yang menantang. Hal ini sangat penting karena menulis adalah kegiatan yang bisa sangat membosankan. Posisi duduk terus menerus saat menulis juga tidak terlalu sehat sehingga seseorang juga perlu bergerak lebih banyak. Jadi, dengan mendaki pekerjaan sebagai penulis akan bisa berjalan lebih optimal.