Blog Tentang Travelling Dan Fotografi

Sunday, 22 November 2015

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup dan Sejarahnya

Bagaiamana sistem klasifikasi makhluk hidup dan sejarahnya?  Selain memantapkan tatanama binomial dalam praktek, linnaeus juga menyusun sistem klasifikasi yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan cara-cara sebelumnya. Sistem ini biasanya dikenal sebagai sistem “seksual”, karena linnaeus memusatkan perhatiannya terhadap jumlah benang sari (stamen)  dan hubungan antara benang sari satu dengan lainnya serta terhadap bagian bagian bunga yang lain. Berdasarkan hal tersebut, linnaeus menyusun 23 golongan atau kelas tumbuhan bunga. Tiga belas di antarannya didasarkan atas jumlah stamen, dari 1 hingga 20 atau lebih. Dua kelas didasarkan atas panjang relatif stamennya; empat kelas berdasarkan stamen yang berdekatan; satu kelas atas dasar peleburan stamen dan putik (pistil); dan tiga kelas didasarkan atas sifat bunga tak sempurna (salah satu dari 4 gelang bunga) yaitu putik, benang sari, kelopak dan tajuk mungkin tidak terdapat). Sebanyak dua puluh empat golongan lagi tidak mempunyai bunga dan meliputi paku-pakuan, lumut, fungi dan ganggang.

Sistem yang disusun oleh linnaeus merupakan sistem klasifikasi buatan. Maksudnya, kategori tumbuhan didasarkan pada jumlah yang kecil, sifat-sifat morfologi tanpa memandang kesamaan struktur yang sebenarnya yang mungkin dapat memperlihatkan adanya hubungan kerabat. Untuk memudahkan, sistem klasifikasi buatan itu masih kerap digunakan sampai sekarang. Kunci pengenalan (identifikasi) tumbuhan pun pada umumnya bersifat buatan. Termasuk pula klasifikasi buatan antara lain ialah bilamana tumbuhan digolong-golongkan atas dasar warna bunga, masa berbunga, lingkungan tempat tumbuh, bentuk daun, atau daerah penyebarannya.
Sistem Klasifikasi Makhluk hidup

Sebelum klasifikasi diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), maka jauh sebelumnya, Theoprastus (370 – 285 S.M ) telah membuat klasifikasi berdasarkan bentuk yang dapat dilihat dengan mata seperti biasa. Klasifikasi ini dianut dan dikembangkan sampai abad ke-18 oleh para ahli filsafat, herbalis, dan ahli botani. Merka menggolongkan tumbuhan berdasarkan keadaan, sifat atau bentuknya yang dapat dilihat yaitu berupa pohon, herba (terna),  pemanjat, jumlah kotiledon, tipe buah, dan sebagainya. Pada akhir ke-18 pengetahuan tentang tumbuhan bertambah banyak. Ternyata ada tanda-tanda hubungan alamiah yang lebih erat diantara tumbuhan disamping sistem kelamin yang dikemukakan linnaeus. Karena itu klasifikasi yang dibuat ialah berdasarkan sistem alamiah. Misalnya, keluarga de Jussiue, seorang apoteker prancis , dengan para putranya yang kesemuannya ahli botani, Antonie, (1686 - 1758), Bernard (1699 -1776), dan jumlah kotiledon ada tidaknya mahkota bunga dan bakal sebuah superior, setengah inferior, atau inferior. De Candolle, (1778 - 1893) menempatkan tumbuhan paku-pakuan berdekatan dengan tumbuhan berkotiledon tunggal karena ada persamaan dalam sistem jaringan pembuluh.
Baca juga : Pengertian, Variasi, dan Jumlah Kromosom pada Makhluk Hidup

Sekarang kita mengenal adanya persamaan sifat semacam  itu yang mempunyai hubungan secara tidak langsung, didasarkan atas asal-usul yang biasa. Namun, pada masa linnaeus, pendapat umum menyatakan bahwa semua spesies berasal dari hasil ciptaan khusus , dan masing-masing melanjutkan sifat-sifat aslinya semenjak semula sebagai spesies yang tetap dan tidak berubah. Bebeapa tumbuhan diketahui mempunyai persamaan antar sesamanya yang bermacam-macam, dan persamaan-persamaan ini justru berguna dalam penyusunan kategori alamiah seperti  famili. Meskipun demikian pendapat umum tentang paham (doktrin)ciptaan khusus itu menghalangi pendapat bahwa persamaan-persamaan sifat tersebut juga menyatakan secara tidak langsung asal dari beberapa tetua bersama.

Dalam beberapa tahu sesudah Charles Darwin  menerbitkan publikasinya Origin of Species pada tahun 1859, maka doktrin evolusi secara berangsur-angsur menggantikan konsepsi ciptaan khusus. Kesamaan dalam struktur kemudian diketahui sebagai bukti adanya hubungan yang terjadi berdasarkan evolusi, maka muncullh sistem klasifikasi modern berdasarkan phylogency (filogeni), yaitu klasifikasi yang disusun dengan melihat keturunan dan hubungan kekerabatan.

Daya-upaya untuk menemukan hubungan filogenetik semacam itu, yaitu dengan mengelompokkan oganisme hidup ke dalam suatu deret mulai dari bentuk yang paling primitif hingga bentuk yang paling maju, merupakan bagian pekerjaan yang penting  bagi mereka yang berkecimpungan dalam biologi. Dalam hal tersebut tidak sedikit hambatan yang dihadapinyya. Adalah perlu bagi ahli taksonomi untuk mengumpulkan bukti-bukti dari beberapa sumber. Jumlah tumbuhan hidup dewasa ini sangat banyak, sementara itu spesies-spesies baru dan sekelompok besar tumbuhan bermunculan, sedangkan spesie-spesies yang lebih dahulu muncul menjadi punah; serta banyak spesies bervariasi. Pola klasifikasi dengan demikian menjadi tidak bersinambungan dan bersifat kompleks. Catatan tentang fosil menjadi penting dalam menentukan asal-usul kelompok sifat tumbuhan yang berevolusi, karena dalam segala hal teramat tidak lengkap.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup dan Sejarahnya